Sabtu, 05 November 2011
Danang Agung Nugroho
WEWARAH SETO SUCI JATI KUSUMO 1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo (di dalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita - cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4. Meper Hardaning Pancadriya (kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
5. Heneng - Hening - Henung (dalam keadaan diam kita akan mem peroleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita - cita luhur).
6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan salat lima waktu),4 nafsu manusia dan yg kelima adalah kesempurnaan MA'RIFAT
7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita)AWAL MULA BERDIRINYA PAGUYUPAN REOG SARDULO SETO MENGGOLO WALIKUKUN NGAWI
Asslam mualaikum wr wb, salam sejahtera bagi kita semua Paguyupan ini berdiri pada tanggal 8 pebruari 2008
Nama Sardulo Seto Menggolo ini berarti:
Sardulo : Harimau
Seto : Putih
Menggolo: Pemimpin
Paguyupan ini terletak disebelah barat kota Ngawi tepatnya didesa Walikukun kecamatan widodaren Kabupaten Ngawi 35-40 km dari kota Ngawi.
Dengan bermodalkan kemauan keras untuk melestarikan budaya Indonesia khususnya Reog Ponorogo pemuda pemudi desa walikukun pahlawan, berinisiatif menbuat paguyupan Reog dan atas bimbingan dari mas Danang Agung Nugroho selaku kakak dan orang yang dituakan diantara kami, Alumnus UNEJ ini yang kebetulan pernah bergabung di PSRM (Paguyupan Seni Reog Mahasiswa Sardulo Anurogo) Jember menyikapi dan merespon positif.
Awalnya tidak berjalan seperti yang semua harapkan, susah payah kami memutar otak untuk bisa mempunyai seperanggat gamelan serta perlengkapan reog pada umumnya.
kami sadar perlengkapan itu tidak murah dan tidak mudah untuk mendapatkannya, satu demi satu perlengkapan mulai ada masih terbesit dalam ingatan kami memiliki cekataan (kepala reog) yang terbuat dari kulit sapi yang dibeli disekar putih.
selang beberapa waktu gamelan pun ada, lagi-lagi pembimbing kami yang mendatangkan langsung dari kota reog Ponorogo dan sumber dana tersebut dari pembimbing kami pribadi dan orang-orang yang peduli dengan kelestarian budaya khususnya Reog.
sedikit demi sedikit kami belajar gamelan tersebut dengan sabar dan telaten pembimbing kami membimbing dari Nol, yang membuat saya salut pada teman-teman dan pembimbing waktu proses latihan, kami belum punya tempat khusus untuk berlatih sehingga kami selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dari Rt satu ke Rt lain bahkan di pendopo Kecamatan dan tidak sedikit kerikil-kerikil yang tidak begitu tajam menghalangi langkah kami, namun semua itu tidak menghalangi kami untuk berhenti berkreasi. pembimbing terus menguatkan tekat kami dan beliau pernah berkata ini nikmatnya proses kalau mau menjadi besar.
Setelah proses latihan kami sudah sedikit menguasai gamelan tersebut,kami belum puas dengan apa yang sudah kami dapat saat ini masih banyak yang belum kita kuasai dan miliki contohnya dadak merak dsb.
maka ada gagasan atau pemikiran dari pemuda pemudi dan karang taruna Rt untuk membuat basar didaerah kami yang tujuannya untuk pemasukkan kas Rt dan paguyupan Masyarakat merespon positif dengan adanya kegiatan ini, disamping pengunjung bisa menikmati segala macam yang ada didalam basar tersebut pengunjung juga disuguhi pementasan Reog
kebetulan pada waktu itu diresmikan Bapak Ir H Budi Sulisyono yang akrab dipanggil Kanang beliau masih menjabat wakil bupati Ngawi pada waktu itu.
Dengan keterbatasan yang ada dadak merak yang kami gunakan untuk pentas pada waktu itu merupakan dadak merak sewaan yang kami sewa dari kedunggalar, dalam dua hari kami meyuguhkan pementasan reog tersebut luar biasa animo masyarakat Walikukun khususnya dan semua pada umumnya, kami puas dengan apa yang sudah kami berikan pada masyarakat.
setelah basar selesai semangat kami mulai terpacu dengan adanya dadak merak dan kepala reog dari kulit sapi serta seperangkat gamelan.
Selangkah demi selangkah nama Sardulo Seto Menggolo Mulai dikenal dimasyarakat kami mulai diundang diacara hajatan sedikit demi sedikit kami kumpulkan untuk melengkaoi fasilitas dipaguyupan antara lain pakaian warok,jatil,bujangganong,kelana sewandana,pembarong dan cekataan kepala Reog asli yang semula dari kulit sapi.
diPrambanan bersama teman-teman UNMUH Ponorogo, DiBekasi pentas lintas budaya dan kehormatan bagi kami waktu itu yang ngendang pak Edi geol dan dua pembarong mas Alex dan kang Kemek serta kelono mas Andi dari Ponorogo,di Kediri kami mendapat juara 3 dalam rangka memeriahkan hari jadi kota Kediri membawa nama sebuah istansi perbankan ternama dikediri, Penyaji terbaik Festival reog sekabupaten Ngawi 2009,2010,pentas dimagetan, suting pengambilan gambar dibeberapa stasiun tv swasta nasional dll.
Demikian sekilas perjalanan Paguyupan reog Ponorogo Sardulo Seto Menggolo Walikukun Ngawi yang dulu belum jadi apa-apa dan sekarang menjadi sedemikian adanya
Terima kasih Mas Danang dan teman-teman.
SALAM BUDAYA.
Langganan:
Postingan (Atom)